Penelitian ini mengulas tentang pemikiran H.B. Jassin terkait dengan kebebasan berekspresi dan bagaimana dia memanfaatkan ruang publik guna mewacanakan pemikiran itu di tengah lanskap sosial politik Indonesia pada periode 1963-1978 yang didominasi oleh otoritas penguasa dan kelompok keagamaan. Penelitian ini bertumpu pada narasi deskriptif-analitik dan metode penelitian sejarah. Sumber primer yang digunakan meliputi surat-surat pribadi, esai-esai, serta karya-karya lain yang relevan dalam buku-buku yang H.B. Jassin tulis seperti Surat-surat 1943-1983, Kesusastraan Indonesia Modern Dalam Kritik Dan Esai II, Heboh Sastra 1968 Suatu Pertanggunganjawab, Sastra Indonesia Sebagai Warga Sastra Dunia, dan Alqur’an Alkarim Bacaan Mulia. Penelitian ini mengadopsi teori Wacana dan Kekuasaan Michel Foucault untuk menganalisis bagaimana kekuasaan negara dan otoritas agama mengontrol kebebasan berekspresi. Teori Ruang Publik Jurgen Habermas juga diaplikasikan untuk memahami bagaimana H.B. Jassin berupaya menciptakan ruang dialog dan perdebatan di tengah hegemoni kekuasaan. Fokus penelitian mengarah pada tiga peristiwa penting menyangkut wacana kebebasan berekspresi yang melibatkan Jassin: Larangan atas Manifes Kebudayaan, polemik cerpen Langit Makin Mendung karya Kipandjikusmin, dan kontroversi terjemahan puitis Alqur'an Alkarim Bacaan Mulia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa H.B. Jassin memiliki pemikiran yang cukup mendalam tentang kebebasan berekspresi sejalan dengan konsep humanisme universal yang dia rumuskan. Pola komunikasi Jassin ketika mempromosikan gagasannya dapat ditilik dari dua sudut pandang, yakni hierarki otoritas dan persoalan ide. Terlepas dari tantangan sosial dan politik yang membuat upayanya mengalami proses pasang-surut, Jassin senantiasa mendukung ruang publik yang inklusif di mana beragam pandangan dapat diekspresikan dan diperdebatkan dengan bebas.

TS2504

TS SPI 2504

Perpustakaan FAH (Tesis SPI)

Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan

Share :