Skripsi ini meneliti perjalanan politik Pan-Islamisme Khilāfah
‘Uṡmāniyyah di Hindia-Belanda (Indonesia) yang sempat mengalami
popularitas, khususnya di masa Sultan Abdülḥamit II, penguasa
‘Uṡmāniyyah yang bertakhta dari tahun 1876 sampai 1909; dan secara
umum sampai Khilāfah ‘Uṡmāniyyah runtuh di tahun 1924. Dengan
menggunakan pendekatan politik dan sosial, skripsi ini
mengungkapkan pengaruh Pan-Islamisme Khilāfah ‘Uṡmāniyyah di
Hindia-Belanda sebagai akibat dari kebijakan Sultan Abdülḥamit II
yang gencar menyuarakan persatuan dunia Islam di bawah
kepemimpinan İstanbul. Selama masa kepemimpinannya, Sultan
Abdülḥamit II membuka kantor konsulat ‘Uṡmāniyyah di Batavia.
Sebagian besar konsul ‘Uṡmāniyyah yang dikirim ke ibukota Hindia-
Belanda ini memberikan pengaruh signifikan terhadap naiknya
popularitas Pan-Islamisme, karena secara alamiah mereka dianggap
sebagai representatif Khalīfah oleh rakyat Muslim di Hindia-Belanda,
di luar tugas asli mereka sebagai konsul. Selain peran para konsul
‘Uṡmāniyyah di Batavia, populernya pengaruh Pan-Islamisme juga
tampak dari aktivitas resistensi melawan Belanda yang ada di beberapa
v i
tempat seperti Aceh, Jambi, Palembang, Jawa, Borneo, dan Sulawesi;
di mana dari tempat-tempat inilah orang-orang di sana mencoba
menjalin relasi dan merasa memiliki keterikatan dengan Khilāfah
‘Uṡmāniyyah.
Namun pada peralihan abad ke-19 menuju abad ke-20, popularitas Pan-
Islamisme Khilāfah ‘Uṡmāniyyah secara berangsur mulai surut dengan
munculnya paham nasionalisme yang kemudian menjadi tren
pergerakan rakyat terjajah di Hindia-Belanda. Selain kebijakan Politik
Etis Belanda yang memperkenalkan nasionalisme, skripsi ini juga
mengungkap pemikiran Jamāl al-Dīn al-Afgānī dan murid-muridnya
yang menjadi role model pergerakan dan organisasi modernis Islam di
Hindia-Belanda yang menggeser Pan-Islamisme Khilāfah ‘Uṡmāniyyah
menjadi nasionalisme sebagai kekuatan politik melawan legitimasi
Pemerintah Kolonial Belanda.

SPI20005

SKR SPI

Tersedia

• Fultext

Share :