Topi Bambu Sebagai Simbol Perlawanan Petani Tangerang 1924
Sarah Nurulita - Personal Name
Abdul Chair - Personal Name

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, dengan
menggunakan teori gerakan sosial dari Sartono Kartodirdjo. Pendekatan
yang digunakan yaitu pendekatan Antropologi. Penelitian ini banyak
menggunakan data sumber primer dan sumber sekunder, di antara sumber
primer yang digunakan yaitu berupa arsip, dokumen laporan dan koran.
Untuk sumber primer yang penulis dapatkan yaitu dari Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI) dan Delpher.nl.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebab terjadinya perlawanan
petani Tangerang ini dikarenakan terdapat perlakuan buruk dan
semena-mena dari para tuan tanah. Para petani pun muak karena selalu
mendapat perlakuan buruk dari para tuan tanah. Akhirnya para petani pun
melakukan perlawanan terhadap tuan tanah, dan juga mendapat dukungan
dari Sarekat Islam. Pada perlawanan ini para petani menggunakan topi
bambu yang disimbolkan sebagai lokalitas budaya. Selain menggunakan
topi bambu, para petani juga memakai pakaian serba putih, dan
menggunakan ikat kepala berwarna putih, yang disimbolkan dengan
makna kesucian. Para petani menggunakan topi bambu pada perlawanan
petani Tangerang, dengan alasan sebagai tanda bahwa mereka merupakan
masyarakat pribumi asli yang tidak setuju terhadap sistem tuan tanah
yang terjadi di Tangerang. Para petani yang menggunakan topi bambu ini
dalam perlawanan petani Tangerang, bahwasanya mereka berasal dari
kelompok masyarakat pribumi yang memang tidak mampu dan yang
terhimpit oleh sistem tuan tanah.
menggunakan teori gerakan sosial dari Sartono Kartodirdjo. Pendekatan
yang digunakan yaitu pendekatan Antropologi. Penelitian ini banyak
menggunakan data sumber primer dan sumber sekunder, di antara sumber
primer yang digunakan yaitu berupa arsip, dokumen laporan dan koran.
Untuk sumber primer yang penulis dapatkan yaitu dari Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI) dan Delpher.nl.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebab terjadinya perlawanan
petani Tangerang ini dikarenakan terdapat perlakuan buruk dan
semena-mena dari para tuan tanah. Para petani pun muak karena selalu
mendapat perlakuan buruk dari para tuan tanah. Akhirnya para petani pun
melakukan perlawanan terhadap tuan tanah, dan juga mendapat dukungan
dari Sarekat Islam. Pada perlawanan ini para petani menggunakan topi
bambu yang disimbolkan sebagai lokalitas budaya. Selain menggunakan
topi bambu, para petani juga memakai pakaian serba putih, dan
menggunakan ikat kepala berwarna putih, yang disimbolkan dengan
makna kesucian. Para petani menggunakan topi bambu pada perlawanan
petani Tangerang, dengan alasan sebagai tanda bahwa mereka merupakan
masyarakat pribumi asli yang tidak setuju terhadap sistem tuan tanah
yang terjadi di Tangerang. Para petani yang menggunakan topi bambu ini
dalam perlawanan petani Tangerang, bahwasanya mereka berasal dari
kelompok masyarakat pribumi yang memang tidak mampu dan yang
terhimpit oleh sistem tuan tanah.
Ketersediaan
SS24040 | SKR SPI 24040 | Perpustakaan FAH (Skripsi SPI) | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
SKR SPI 24040
Penerbit
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta., 2024
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
SKR SPI
Informasi Detil
Tipe Isi
text
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
Sarah Nurulita
Tidak tersedia versi lain