Penelitian ini membahas terkait pergerakan politik umat
Islam Hindia Belanda yang tergabung dalam Centraal Comite
Chilaafat Hindia Timoer dan keruntuhan Khilafah Utsmaniyah
sejak tahun 1924-1926. Metode penelitian ini menggunakan
metode penelitian sejarah. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan sosial dan politik dengan teori solidaritas sosial yang
dikembangkan oleh Emilie Durkheim. Penelitian ini akan
menjawab mengenai bagaimana kondisi terakhir Khilafah
Utsmaniyah sebelum runtuh dan bagaimana upaya yang
dilakukan ulama dan aktivis Islam Hindia Belanda dalam
mengembalikan khilafah. Setelah khilafah Utsmaniyah dihapus
sebagai syarat yang diberikan oleh Lord Curzon kepada Khilafah
Utsmaniyah, umat Islam di berbagai negeri meresponnya dengan
penolakan kepada Mustafa Kemal Attaturk. Karena ia yang
menjadi tokoh utama dalam penghapusan Khilafah Utsmaniyah
dan menggantinya menjadi negara republik. Kemudian ulama Al
Azhar mengadakan pertemuan untuk mengadakan kongres
Khilafah dan mengundang seluruh umat Islam. Menanggapi
seruan ulama Al Azhar, Umat Islam Hindia Belanda membentuk
Centraal Comite Chilaafat Hindia Timoer. Komite ini terdiri dari
berbagai latar belakang gerakan umat Islam baik dari kaum
modernis maupun tradisionalis. Durkheim mengungkapkan
bahwa persatuan pergerakan ini disebut dengan solidaritas sosial.
Di dalam pergerakan ini terkandung kesadaran kolektif dan
agama yang menjadi sarana untuk memperkuat kesadaran ini.
Namun, karena latar belakang organisasi yang berbeda terjadi
pula perselisihan pendapat yang menyebabkan kaum tradisionalis
vi
keluar dari gerakan ini. Gerakan ini pun tidak bertahan lama
karena setelah mengikuti Kongres Dunia Islam di Makkah dan
setelah Kongres Khilafah di Kairo pergerakan khilafah di dunia
Islam mulai memudar.

SS23023

SKR SS 23023

Perpustakaan FAH (SKR SPI)

Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan

• Full Text

Share :