Destinasi pariwisata jam gadang (studi sejarah dan dampak sosial ekonomi masyarakat di kecamatan guguk panjang kota bukittinggi, (2001-2019)
A’rifaturrahmah - Personal Name
Parlindungan Siregar - Personal Name
Menara jam yang hari ini dikenal sebagai landmark kota Bukittinggi ini adalah hadiah dari Ratu Wilhelmina untuk sekretaris Fort De Kock pada masa kolonial Belanda. Jam yang dipasang di keempat sisinya didatangkan dari Rotterdam, sedangkan mesin jamnya merupakan buatan Jerman. Menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan bentuk atap sejak didirikan pada tahun 1926 dan telah mengalami revitalisasi kawasan dengan konsep kekinian pada tahun 2018. Bangunan yang menjadi titik nol Kota Bukittinggi ini adalah salah satu destinasi wisata sejarah berupa ruang publik yang seluruh kawasan di sekitarnya dapat dinikmati oleh wisatawan dengan bebas.
Metode yang digunakan adalah metode historis dengan empat tahapan yaitu; Heuristik atau pengumpulan data, kritik sumber atau verifikasi, interpretasi atau penafsiran, dan historiografi atau penulisan sejarah. Penulisan ini menggunakan pendekatan antropologi dengan teori simbol F. W. Dillistone. Hasil penulisan menunjukkan bahwa makna simbolik dari pendirian Jam Gadang mampu menghubungkan kesempitan dengan keluasan yang membuka keragaman perspektif melalui simbol ayam jantan, baik perspektif masyarakat sendiri, perspektif kolonial Belanda, perspektif China, dll. Kemudian keberadaan Jam Gadang telah membuka ruang bagi pelaku usaha baik pelaku usaha kuliner, souvenir dan kerajinan, maupun hunian untuk meluaskan usahanya sehingga dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang luas yang memberi dampak baik terhadap sosial ekonomi masyarakat dan menjadi titik temunya keberagaman. Hal tersebut tidaklah terlepas dari peranan pemerintah baik dalam usaha pengelolaan pariwisata, terkhusus pengelolaan Jam Gadang itu sendiri, maupun upayanya dalam menghadapi kendala dalam pengelolaannya. Sehingga terbangun rasa sadar wisata pada setiap lapisan masyarakat.
Metode yang digunakan adalah metode historis dengan empat tahapan yaitu; Heuristik atau pengumpulan data, kritik sumber atau verifikasi, interpretasi atau penafsiran, dan historiografi atau penulisan sejarah. Penulisan ini menggunakan pendekatan antropologi dengan teori simbol F. W. Dillistone. Hasil penulisan menunjukkan bahwa makna simbolik dari pendirian Jam Gadang mampu menghubungkan kesempitan dengan keluasan yang membuka keragaman perspektif melalui simbol ayam jantan, baik perspektif masyarakat sendiri, perspektif kolonial Belanda, perspektif China, dll. Kemudian keberadaan Jam Gadang telah membuka ruang bagi pelaku usaha baik pelaku usaha kuliner, souvenir dan kerajinan, maupun hunian untuk meluaskan usahanya sehingga dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang luas yang memberi dampak baik terhadap sosial ekonomi masyarakat dan menjadi titik temunya keberagaman. Hal tersebut tidaklah terlepas dari peranan pemerintah baik dalam usaha pengelolaan pariwisata, terkhusus pengelolaan Jam Gadang itu sendiri, maupun upayanya dalam menghadapi kendala dalam pengelolaannya. Sehingga terbangun rasa sadar wisata pada setiap lapisan masyarakat.
Ketersediaan
SS22654 | SKR SPI 22654 | Perpustakaan FAH (Skripsi SPI) | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
SKR SPI 22654
Penerbit
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta., 2022
Deskripsi Fisik
xvi, 101 hlm, ilusi; 25 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
SKR SPI
Informasi Detil
Tipe Isi
text
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
A’rifaturrahmah
Tidak tersedia versi lain
Lampiran Berkas