Eksistensi kesenian rebana gedigdug di petukangan jakarta selatan (1900-1976) Skripsi
Dzunnurain - Personal Name
Endi Aulia Garadian - Personal Name
Penelitian ini membahas eksistensi kesenian Rebana Gedigdug di
Petukangan, Jakarta Selatan Tahun 1900-1976. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui sejarah dan perkembangannya sehingga harapannya kesenian ini
semakin di minati sebagai jenis musik rakyat khas masyarakat Betawi
pinggiran yang berkembang di Kampung Petukangan. Konsep pertunjukan
yang terkandung di dalamnya merupakan proses awal bagaimana kemudian
seni musik rebana sangat bertalian dengan daur hidup masyarakat Betawi
yang penuh dengan nuansa keagamaan (Islam). Meski demikian, seni
Rebana Gedigdug hanya diketahui oleh segelintir orang Betawi terutama di
wilayah selatan Jakarta, padahal silsilah awal seni rebana yang masih eksis
sampai sekarang erat kaitannya dengan seni Rebana Gedigdug pada masa
lalu sebagai bentuk pengembangan.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah dan mengaplikasikan
pendekatan antropologi yakni melacak sejarah kesenian dari pelbagai
aspeknya dengan mengamati kehidupan masyarakatnya secara komprehensif
(ekonomi, sosial, politik). Sumber dalam penelitian ini terdiri atas sumber
lisan dan sumber tertulis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
diperoleh melalui wawancara dan observasi. Kesimpulan dari penelitian
menunjukkan bahwa Rebana Gedigdug dikenal di Betawi dibawa oleh para
pemuka agama Islam dari Banten dan kemudian dikreasikan oleh masyarakat
setempat sebagai bentuk ekspresi sederhana ungkapan rasa syukur (religi)
sehingga berkembang menjadi kesenian rakyat. Perkembangan selanjutnya
kian meredup karena seiring tumbuh dan berkembangnya beragam jenis
hiburan yang semakin modern antara lain rebana qasidah, musik dangdut
hingga industri film layar tancap.
Petukangan, Jakarta Selatan Tahun 1900-1976. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui sejarah dan perkembangannya sehingga harapannya kesenian ini
semakin di minati sebagai jenis musik rakyat khas masyarakat Betawi
pinggiran yang berkembang di Kampung Petukangan. Konsep pertunjukan
yang terkandung di dalamnya merupakan proses awal bagaimana kemudian
seni musik rebana sangat bertalian dengan daur hidup masyarakat Betawi
yang penuh dengan nuansa keagamaan (Islam). Meski demikian, seni
Rebana Gedigdug hanya diketahui oleh segelintir orang Betawi terutama di
wilayah selatan Jakarta, padahal silsilah awal seni rebana yang masih eksis
sampai sekarang erat kaitannya dengan seni Rebana Gedigdug pada masa
lalu sebagai bentuk pengembangan.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah dan mengaplikasikan
pendekatan antropologi yakni melacak sejarah kesenian dari pelbagai
aspeknya dengan mengamati kehidupan masyarakatnya secara komprehensif
(ekonomi, sosial, politik). Sumber dalam penelitian ini terdiri atas sumber
lisan dan sumber tertulis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
diperoleh melalui wawancara dan observasi. Kesimpulan dari penelitian
menunjukkan bahwa Rebana Gedigdug dikenal di Betawi dibawa oleh para
pemuka agama Islam dari Banten dan kemudian dikreasikan oleh masyarakat
setempat sebagai bentuk ekspresi sederhana ungkapan rasa syukur (religi)
sehingga berkembang menjadi kesenian rakyat. Perkembangan selanjutnya
kian meredup karena seiring tumbuh dan berkembangnya beragam jenis
hiburan yang semakin modern antara lain rebana qasidah, musik dangdut
hingga industri film layar tancap.
Ketersediaan
SS22064 | SKR SPI 22064 | Perpustakaan FAH (Skripsi SPI) | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
SKR SPI 22064
Penerbit
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta., 2022
Deskripsi Fisik
x, 73 hlm, ilusi; 25 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
SKR SPI
Informasi Detil
Tipe Isi
text
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
Dzunnurain
Tidak tersedia versi lain
Lampiran Berkas