Wayang Kancil merupakan suatu jenis wayang kulit yang lakon
utamanya adalah hewan kancil, harimau, keong, kerbau, dan pak tani yang
digagas oleh Ki Ledjar Soebroto. Wayang kancil yang dipelopori oleh Sunan
Giri pada abad XVI, kembali dilestarikan oleh Ki Ledjar Soebroto untuk
berdakwah pada tahun 1980-2017. Setiap cerita dalam pagelaran wayang
kancil yang dibawakan oleh Ki Ledjar Soebroto memiliki makna yang
berkaitan dengan budi pekerti atau akhlak pada sesama makhluk hidup, dan
akhlak terhadap lingkungan. Cerita yang disampaikan oleh Ki Ledjar Soebroto
sangat sederhana, sehingga penonton yang menyaksikan bisa mendapat pesan
moral tanpa harus merasa digurui.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelestarian wayang kancil
yang dibawakan oleh Ki Ledjar Soebroto pada tahun 1980-2017 di
Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kebudayaan. Lalu teori
dalam penelitian ini menggunakan teori pelestarian kebudayaan milik Jacobus
Ranjabar.
Hasil penelitian ini menunjukan adanya upaya pelestarian wayang
kancil oleh Ki Ledjar Soebroto meliputi 1) Dengan adanya Wayang Kancil
sebagai pembuka dalam wayang purwa, anak-anak jadi tertarik untuk
memerhatikan budaya tradisional. Untuk memikat daya tarik penonton anakanak, Ki Ledjar menggunakan gambar wayang, pohon, dan binatang yang
penuh warna. (2) Bahasa yang digunakan oleh Ki Ledjar Soebroto lebih
sederhana dibandingkan wayang purwa biasa, sehingga lebih bisa dimengerti
oleh penonton (3) cerita yang disampaikan didapat dari komik dan berbagai
naskah Serat Kancil. (4) Menjadikan si kancil tokoh yang cerdik dan baik hati
sebagai isyarat bahwa si kancil ini bukan mencuri, si kancil memakan timun
karena ulah manusia yang merusak hutan

SS22001

SKR SPI 22001

Perpustakaan FAH (Skripsi SPI)

Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan

• Fulltext

Share :