Penelitian ini membahas mengenai Semaoen dan Soerjopranoto sebagai pemimpin gerakan buruh di Hindia Belanda dalam kurun waktu 1918-1924. Dengan menggunakan pendekatan biografi kolektif penelitian ini akan menjawab mengenai mengapa Semaoen dan Soerjopranoto bisa muncul sebagai sosok pemimpin dalam gerakan buruh, bagaimana peranan mereka dan apakah keduanya memiliki perbedaan dalam memimpin gerakan buruh. Penjelasan tentang biografi keduanya akan dijelaskan pula hubungannya dengan konteks sosial dan budaya pada masa itu khususnya terkait dengan konsep wong cilik dan priyayi yang melatarbelakangi kehidupan masing-masing kedua tokoh ini. Meski sama-sama berperan sebagai tokoh pimpinan dari gerakan buruh namun antara Semaoen dan Soerjopranoto juga memiliki perbedaan mendasar yang tentunya ini juga dipengaruhi oleh perbedaan latarbelakang mereka yang berdampak terhadap bedanya lingkungan pergerakan hingga perbedaan secara ideologis. Semaoen yang berlatarbelakang dari golongan wong cilik itu menganut komunisme sebagai dasar gerakannya dan bersifat revolusioner yang membuatnya menguasai basis di Semarang bersama dengan para tokoh dari ISDV. Sedangkan Soerjopranoto yang berlatarbelakang dari golongan priyayi justru menolak komunisme dan bersifat non-revolusioner yang membuatnya menguasai basis di Yogyakarta bersama dengan para tokoh dari Centraal Sarekat Islam.

SS21223

SKR SPI 21223

Perpustakaan FAH (Skripsi SPI)

Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan

• Fulltext

Share :